Monday, October 11, 2010

Sebuah Moment


Pagi kala itu, Ia menjinjing tasnya. Berjalan perlahan menelusuri koridor sekolah. Ia masuki sebuah ruang kelas, menghempaskan dirinya di bangku, membuka buku pelajarannya lantas mulai mengerjakan PR yang belum sempat Ia kerjakan di rumah.

Pagi ini, Ia kembali menjinjing tasnya. Namun Ia tak lagi menelusuri koridor sekolah. Yang Ia telusuri kini adalah gang gang kota penuh debu. Kiri kanannya rumah rumah tanah yang berjejer rapi seperti kotak korek api yang tersusun. Ia lantas memasuki sebuah rumah, duduk, membuka tasnya kemudian mulai membaca kitab suci agamanya.

Pagi di suatu hari nanti, Ia tak akan lagi membawa tas. Di tangannya kala itu yang ada adalah lentera. Ia akan kembali menelusuri, tapi bukan lagi koridor sekolah ataupun gang gang kota itu. Bahkan bukan tempat manapun yang pernah Ia kunjungi sebelumnya. Ia akan kunjungi sebuah jaringan. Ia akan telusuri aliran aliran yang berliku. Dan itu pasti akan jadi moment paling berharga bagi dirinya dan paling bersejarah dalam hidupnya.

Yang kelak akan Ia telusuri adalah jaringan otak dan pikirannya sendiri. Yang akan Ia kunjungi adalah aliran aliran darah yang mengalir dalam tubuhnya. Dan lentera di tangannya akan memberinya cahaya agar Ia tak tersesat di sana. Ada banyak hal yang akan Ia lakukan dalam rihlahnya kali ini. Ia akan perbaiki aliran otaknya yang beku akibat keangkuhan. Ia akan lunakkan otot otot jiwanya yang mengeras akibat kekuatan nafsu. Ia akan luruskan sendi sendi nuraninya yang membengkok tertimpa ego. Ia akan bersihkan darahnya dari segala bakteri yang bersumber dari konsumsi subhat di lambungnya. Hingga pada akhirnya ia akan tinggalkan lentera itu di ruang hatinya biar Ia sinari tiap ruangnya dan tak ada lagi kegelapan akibat asap pekat kemaksiat yang selama ini Ia kerjakan.

Akan Ia lakukan semuanya, suatu saat nanti.

Namun saat ini, biarkan saja Ia menjinjing tasnya menelusuri gang gang kota itu. Berhenti di sebuah majlis membuka catatannya dan menulis perlahan.

Hadromaut Yaman,”99”         

2 comments:

  1. Subhanallaaah. apakah setiap manusia mengalaminya ya Ustadzah?, dan memperoleh momentum itu?, dan pada akhirnya berhenti di sebuah majlis. subhanalaah

    ReplyDelete
  2. jadii pada suatu saat nanti insyaAllah,jika Allah memberi taufik dan hidayahnya kepada kita..kita akan memperbaiki diri,,begitukah?

    ReplyDelete