Thursday, January 19, 2012

KEBESARAN MANUSIA


"Rojul kabiir ..."

"Dia adalah manusia besar..."

Kata-kata ini sering saya dengar beberapa tahun lalu dari mulut Hubabah Bahiyyah saat memuji seseorang. Dan siang ini saat saya membaca sesuatu tentang Nabi Muhammad SAW saya jadi teringat kembali ucapan beliau sambil memikirkan makna “besar” yang beliau maksudkan dari ucapannya.

Saya mengerti bahwa tentu maksud beliau bukanlah kebesaran fisik, materi, ataupun pangkat duniawi sebab seringkali yang beliau puji adalah seseorang berbadan kecil, miskin, dan dari bukan dari kalangan penguasa. Bukan pula kebesaran ilmu sebab terkadang yang dipujinya bukanlah seorang ulama.

Manusia secara fisiknya adalah makhluk yang kecil bahkan sangat kecil jika dibandingkan dengan alam semesta. Dia dan seluruh spesiesnya yang berjuta-juta ini menempati sebuah planet bernama bumi yang kabarnya jika dibandingkan dengan angkasa raya hanyalah seperti sebutir pasir dalam luasnya gurun sahara.
Bayangkan jika bumi tempat tinggal jutaan manusia saja sekecil butir pasir seperti apa kecilnya manusia yang menjadi penghuninya ? Dan jika bumi yang kecil ini saja, kita manusia tidak pernah punya cukup waktu untuk menjelajahinya bahkan seumur hidup kita, lantas bagaimana dengan dengan kebesaran angkasa, semesta, dan seluruh jagad raya?
Kemudian, jika semesta saja sedemikian besarnya pastilah tak mampu kita bayangkan kebesaran dan keagungan penciptanya?

Maka, inilah kita manusia dengan segala kekecilan dan kekerdilannya, dan disanalah Tuhan dengan segala keagungan dan kebesarannya.





Namun yang menyenangkan adalah bahwa manusia yang kecil ini menjadi makhluk yang diperkenankan mengetahui Tuhannya yang maha besar, diperbolehkan mengenal dan bahkan diperintah untuk mendekat kepada-Nya.

Maka perjalanan manusia menuju Tuhan adalah perjalanan jiwanya menuju kebesaran, dan mereka yang telah sampai kepada-Nya adalah manusia-manusia berjiwa besar. Sesuai dengan kedekatannya dengan Sang Maha Besar sebegitu pulalah nilai kebesaran mereka. 
Saya kira kurang lebih begitulah cara pandang Hubabah Bahiyyah yang bisa saya cerna.

Maka tak salah jika dikatakan manusia terbesar adalah Nabi Muahammad SAW, sebab Dia bukan hanya kenal kepada Tuhannya tapi bahkan dicinta, bukan hanya sekedar dekat tapi menjadi tak berjarak. Sang Tuhanpun berkata tentangnya :

((فكان قوب قوسين أو أدنى))

( dan dia (dengan Tuhannya) hanya sejarak 2 tombak bahkan lebih dekat )

Berkata pula :

((ما ودعك ربك وما قلى))

(Tuhanmu -wahai Muhammad- tidak pernah meninggalkanmu atau tidak peduli kepadamu)

Kemudian kita melihat bahwa setelah seseorang menjadi besar karena kedekatannya dengan Sang Maha Besar, diapun memahami kebesaran Tuhannya. Dia membesarkan-Nya, mengagungkan-Nya, hidup untuk-Nya, dan diapun membesarkan semua yang berkaitan dengan-Nya. Dia besarkan perintah-Nya, dia besarkan ajaran-Nya, dia besarkan firman-Nya, dia besarkan hasil ciptaan-Nya sebagai penghargaan atas pencipta bukan kekaguman atas bentuk belaka, saat itu tak ada beda dalam pandangannya antara emas dan debu, tak beda di matanya antara si cantik atau si buruk rupa, tak beda antara anjing dan kambing, antara si taat atau si pendosa, dia mendapati Tuhan ada dalam semua.

Itulah mengapa Nabi Muhammad SAW memuliakan syariat, mengagungkan Al-Quran, menghidupkan malamnya dengan munajat hingga bengkak telapak kakinya. Itulah mengapa Nabi SAW mensyukuri bahkan tatkala hanya makan roti gandum kasar dan tidak pernah mencela makanan apapun, Nabi membesarkan apapun, memuliakan siapapun.
Dengar cerita Zahir seorang badui berkulit hitam dari gunung kala ia tengah berbelanja di pasar Mekkah.

Aku tengah memilih barang belanjaanku ketika seseorang mendekapku dari belakang

"lepaskan aku.." kataku kepadanya.

Namun dia tak melepaskannya malah justru semakin menguatkan dekapannya.

"lepaskan aku, aku tengah sibuk.." kataku lagi. Dan dia tak perduli dengan semakin mengencangkannya.

Aku berusaha melepas dekapan itu namun kemudian mengurungkannya kala mendengar suaranya berkata kepada orang-orang di sekelilingku :

"Hei.. Siapa yang mau membeli budakku ini?"

Dari suaranya kutahu siapa dia. Dia Muhammad.. Seseorang yang kuimani sebagai Nabi penyampai wahyu Tuhan kepada kami.

"lihatlah wahai Rasul !! andai aku menjadi budakmu sekalipun, aku tak lagi laku untuk dijual" kataku sambil berbalik dan mendapatinya tersenyum tulus kepadaku..

Nabi Muhammad SAW membesarkan Zahir. 

Dia memuliakan siapapun bahkan si kafir. Dalam sebuah riwayat hadits diceritakan bahwa Nabi Muhammad SAW berdiri, menundukkan kepala tanda penghormatan kala jenazah seorang yahudi dilewatkan di depan rumah beliau, dan berkata kepada para sahabatnya yang berada disana.

"Tatkala kalian melihat jenazah, berdirilah (untuk menghormatinya)..."

Nabi Muhammad SAW membesarkan bahkan binatang, bukankah kita pernah mendengar bagaimana nabi meminta kepada pemilik seekor unta untuk tidak membebankan padanya tugas berat karena ia sudah tua? Kitapun pernah mendengar kisah bahwa Nabi pernah mencondongkan sebuah gelas kepada seekor kucing tatkala beliau melihat kucing itu berusaha minum namun air di gelas tak mampu dicapainya?

Ya, ada nama-Nya dalam tiap ciptaan-Nya.
Ada kehendaknya dalam tiap makhluk-Nya.
Bukankah tak ada sesiapapun hidup kecuali dengan hembusan nafas dari-Nya? 
Dia diberi rizki oleh-Nya, dan tak ada apapun atau siapapun bergerak atau diam kecuali dengan izin-Nya?

Begitulah..

Maka, melihat orang-orang yang merasa besar dengan merendahkan orang lain, atau orang-orang yang merasa dekat dengan Tuhan namun dia menghina, mencaci, membenci, bahkan berbuat dholim kepada saudaranya sendiri saya merasa yakin bahwa mereka sedang salah jalan, dan keliru menuju tujuan. 
Mereka sesungguhnya sedang menuju kepada kekecilannya sendiri, menuju kehinaannya sendiri.

Kawan, seberapa besarmu di hadapan Tuhan adalah bergantung dengan seberapa mampumu membesarkan dan memuliakan Dia dan semua yang berkaitan dengan-Nya.

5 comments:

  1. terim kasih Ustazdah buad tambahan ilmunya,, senang ustadzah dapat menulis lagi di Blog ini,,, ^^

    ReplyDelete
  2. Subhanalloh..syukron ustadzah buat tambahan ilmunya,sangat2 bermanfaat...allohu yubarik fieha ��

    ReplyDelete
  3. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh ustadzah

    ReplyDelete